Nanoe Biroe menggebrak dunia musik Bali lewat lirik lirik berbahasa Bali yang menonjolkan tema-tema anak muda. Kekhasan Nanoe Biroe mampu menarik simpati penggemar musik di Bali dan para fan dari Nanoe Biroe itu sendiri disebut dengan para Beduda. Kenapa Beduda ?, entahlah saya kurang tahu atas dasar apa kata Beduda yang dipilih.
Pengaruh Nanoe Biroe sudah sedemikian luas, sampai sampai anak saya sendiri yang berumur 6,5 tahun gandrung mengumpulkan stiker Beduda atau Nanoe Biroe.
Para beduda yang tergabung dalam Republik Beduda akan selalu meramaikan setiap konser Nanoe Biroe, dengan berbagai attribut Republik Beduda dengan kaos hitam dan attribut lainnya.
Ingin mendownload lagu-lagu dari Nanoe Biroe silahkan klik link di bawah !
Nanoe Biru (President Of Beduda Republic)
Lolot Band
Album The Best of Lolot turun drastis ke 15ribu, dan sekitar angka yang sama juga untuk album yang terakhir, Saling Caplok. Tidak ada lagi euforia penjualan di atas 50 ribu. Bahkan 30ribu juga tidak tercapai. Tapi salutnya, panggung pertunjukan masih rame bisa dijajal dan penonton selalu merindukan Lolot Band. Jadi kalau terlihat sekarang semua kehilangan semangat, sepertinya masih masuk akal. Mudah-mudahan Lolot bisa bangkit.
Sejarah Singkat Lagu Bali
Lagu Bali sebenarnya sudah ada sejak manusia Bali ada. Demikian pendapat yang dapat kami tangkap dari penelusuran kami kepada beberapa sesepuh seniman Bali yang banyak mengikuti perkembangan lagu Bali. Pendapat ini sangat mendekati kebenaran mengingat music adalah sebuah bahasa yang sangat universal yang tentunya telah terlahir dari naluri manusia sejak terlahir ke alam mercapada ini.
Hal ini bisa dibuktikan walaupun hanya dengan kajian logika yang sangat sederhana. Seorang bapak yang sangat tidak mengerti tentang lagu ataupun musik biasanya akan memiliki naluri spontan untuk mengeluarkan tembang sederhana kala menidurkan bayinya atau seorang ibu akan bersenandung apa ada-nya untuk sekedar menghibur anaknya agar segera tenang menuju alam tidurnya.
Berangkat dari hal diatas dan karena minimnya dokumentasi para pendahulu kita dulu untuk membuat sebuah dokumentasi tentang lagu Bali yang dulu dihiasi dengan tembang-tembang yang mendekati kidung dan sarat dengan makna hingga berkembang dengan mengikuti tren pasar seperti sekarang dan mungkin nantinya akan berkembang lagi dimasa yang akan datang, akhirnya berkembanglah beberapa lagu "no-name" alias tidak ada penciptanya seperti Juru Pencar, Semut-Semut Api dan banyak lagi lagu lainnya yang sampai saat ini sangat susah untuk mengetahui siapa sebenarnya yang menciptakan lagu tersebut dan berawal dari daerah mana di Bali.
Awal Kebangkitan Lagu Bali
Seiring dengan perjalanan waktu, Lagu Bali terus berkembang dengan grafik yang sangat tidak stabil karena terpengaruh oleh situasi negara yang tidak menentu yang sangat menyulitkan para seniman lagu Bali untuk membuat sebuah karya.
Setelah memasuki era kemerdekaan dan melalui masa-masa sulit revolusi bangsa, akhirnya pada dekade 60 an, di Bali khususnya Denpasar mulailah di perkenalkan sebuah single hits yang diciptakan oleh Bapak AA Wedasmara yang berjudul "Kaden Saja". Hits ini begitu lekatnya dihati masyarakat Bali saat itu hingga sekarang. Namun karena tidak dipublikasikan secara formal saat itu dalam bentuk publikasi kaset rekaman, promosi di media maupun hal lainnya, maka hits ini akhirnya berkembang begitu saja di masyarakat tanpa adanya suatu hal yang fenomenal. Hingga akhirnya di Bali lahirlah sebuah band dengan nama Band Putra Dewata dibawah pimpinan Alm. Bapak AA Made Cakra. Peristiwa ini menjadi sebuah cikal bakal kebangkitan lagu Bali hingga berkembang seperti sekarang.
Pada saat pertama Band Putra Dewata masuk dapur rekaman dibawah bendera Bali Stereo (sekarang Bali record), band Putra Dewata membuahkan sebuah hits kondang saat itu yaitu lagu Kusir Dokar ciptaan Alm. Bapak AA Made Cakra. Lagu ini menembus angka penjualan yang sangat fantastis. Pada masa itu disepanjang Jalan Gajah Mada-Denpasar, orang berlomba-lomba untuk membeli kaset kusir dokar ini. Band Putra Dewata yang berhasil menelorkan album ini akhirnya kebanjiran permintaan pentas untuk membawakan lagu ini. Walaupun dengan segala keterbatasan transportasi pada saat itu Band Putra Dewata berhasil merambah daerah-daerah lainnya seperti Tabanan, Gianyar, Kelungkung, Karangasem, Petang dan daerah lainnya. Beranjak dari hal ini akhirnya berkembanglah band-band lainnya di Bali seperti Band Bapak Rai Susrama, Mulyono dan Orkestnya Pak Kaciran. Namun rata-rata mereka tidak memiliki hits yang populer seperti apa yang diperkenalkan oleh Band putra Dewata.
Band Putra Dewata yang terlahir dengan penuh kesederhanaan disegala bidang baik dalam peralatan latihan maupun peralatan rekaman yang jauh dari kategori manual recording (jangankan digital recording), pada masa (1975-1976) akhirnya mampu menelorkan sebuah karya maha besar dengan diperkenalkannya hits "Bungan Sandat" dari Album "Dagang Koran" yang merupakan lagu ciptaan Alm. Bapak AA Made Cakra. Konon kabarnya album ini betul-betul menjadi hits no 1 yang mampu mencapai angka penjualan puluhan ribu keping pada masa itu. Bahkan kaset yang belum ada sampulnyapun sudah ada yang membelinya.